Tuesday, November 21, 2023

Pujian Perayaan Natal BAMAG Kecamatan Plosoklaten

 

PUJIAN IBADAH NATAL

BAMAG Kec. Plosoklaten, Kab. Kediri

Rabu, 22 November 2023 di GKJW Pepanthan Sumberagung 1

 

 

MARI KITA SAMBUT SANG RAJA

Mari kita sambut Sang Raja, mari kita puji nama-Nya

Dia yang Maha Mulia, Dia Yang Maha Kuasa

Yesus, Yesus, Yesus nama-Nya

 

Puji Hosana, puji Hosana, puji Hosana, mulia nama-Nya

Puji Hosana, puji Hosana, puji Hosana, mulia nama-Nya

 

 

HAI MARI BERHIMPUN

Hai mari berhimpun dan bersukaria,

Marilah bersama ke Betlehem,

Mari sembahlah Raja alam raya

 

Reff :

Mari memuji Dia, mari memuji Dia,

mari memuji Dia, Almasih

 

Hai para malaikat sorakkan kidungmu,

Kumandangkan pujian yang merdu,

Muliakan Allah Raja Mahatinggi

 

Ya Yesus yang lahir pada hari ini,

Ku sujud dan b’ri puji bagi-Mu

Allah menjadi manusia sejati

 

 

KABARKAN DARI GUNUNG

Reff :

Kabarkan dari gunung, bukit dan manapun juga!

Kabarkan dari gunung, lahirnya Almasih

 

Gembala yang di padang, menjaga dombanya,

Lihatlah dari langit, memancar cahaya.

 

Gembala sangat takut, ketika malaikat

Membr’itakan lahirnya, Kristus Juru S’lamat.

 

Di palungan yang hina, Lahirlah Almasih:

Kes’lamatan manusia, anug’rah Ilahi.

 

DIA LAHIR UNTUK KAMI

Dia lahir untuk kami, Dia mati untuk kami

Dia bangkit untuk kami semua

 

Dia itu Tuhan kami, Dia itu Allah kami

Dia Raja diatas s’gala Raja

 

Reff :

Dia itu Firman Allah yang turun ke bumi,

Yang jadi sama dengan manusia

 

Dia Yesus sobat kami, Dia Yesus Tuhan kami

Sang Penebus, Juru S’lamat dunia

 

 

KAU TUHAN PENEBUSKU

Kau Tuhanku, penebusku, Kau datang ke dunia

Engkau rela disalibkan demi sluruh manusia

 

Hari bahagia tlah datanglah, Kau lahir di dunia

Kau datanglah, Kau datanglah, Kau Penebus dosa

 

Semuanya bergembira dengar kabar bahagia

Engkau rela disalibkan demi sluruh manusia

 

 

SERIBU LILIN

Seribu lilin nyalakan di tengah dunia

Biar sinarnya menyatakan kemuliaan Surga

 

Wartakan pada dunia kabar sukacita

T’lah lahir Yesus penebus, Juru Slamat kita

Hai bintang indah Betlehem kiranya sinarmu

Bawa harapan dan damai bahagia di kalbu

 

Seribu lilin nyalakan di tengah dunia

Biar sinarnya menyatakan kemuliaan Sorga

 

Kehangatanmu kirimkan di hati yang beku

Kehangatan kasih Tuhan di Natal yang syahdu

Kehangatan kasih Tuhan di Natal yang syahdu

 

 

MALAM KUDUS

Malam Kudus, malam sunyi

Alam glap dan sepi;

Ayah bunda tetap tinggal t’rus

Jaga Anak yang mahakudus

Anak dalam malaf, Anak dalam malaf.

 

Malam Kudus, malam sunyi

T’rang surga tak terp’ri;

Bala surga menyanyi ria;

“Haleluya pujilah Allah!

Yesus Kristus lahir, Yesus Kristus lahir.

 

Malam kudus, malam sunyi,

Yesuslah T’rang kasih,

Dan Pemancar damai sejaht’ra;

Terbit fajar anug’rah Allah!

Karna Yesus lahir, Karna Yesus lahir.

 

Malam Kudus, malam sunyi,

Malaikat, t’rus puji:

Mari turut mengumandangkan:

“Haleluya kepada Tuhan,

Juru S’lamat dunia, Juru S’lamat dunia.

 

 

KAMI MEMUJI KEBESARANMU

Kami memuji kebesaranMu

Maha Besar Kau Allahku

Kami memuji kebesaranMu

Ajaib Tuhan, Ajaib Tuhan

 

 

Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati

 

 

 

 

 

 

Friday, August 29, 2014

Gamma Rangers - Blackout (Joker Side Story)

"BLAAAAAARRRR!!!"

Ledakan besar itu berasal dari truk pasukan pemberontak, memorak-porandakan seluruh pasukan Jendral Sodatoy yang sedang tidak bersenjata. Bom itu terpasang di truk tempat pasukan pemberontak menyimpan senjata dan perlengkapan tempur.

Dari atas bukit, di balik rimbunnya pepohonan, seseorang memperhatikan kejadian itu dengan seksama. Dia menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan seakan menikmati sensasi saat menghembuskan asap putih melalui mulutnya. Sebuah senyum kecil tersungging di sudut bibirnya.

"Dasar...", gumamnya pelan. "Bidak putih menang". Kembali dia menghisap rokoknya, tenang. Sementara di bawah sana kondisi pasukan pemberontak tampak mengenaskan. Kendaraan mereka yang sebelumnya terparkir dengan rapi, kini tampak bergelimpangan dihempas ledakan. Beberapa di antaranya terbakar. Sedangkan truk di pusat ledakan telah hancur, hanya menyisakan rangka berbalut api.

Beberapa pasukan tampak menggelepar, sedangkan lainnya hanya diam. Entah pingsan atau tewas. Jendral Sodatoy tampak di antara mereka, kondisinya penuh luka. Tetapi dia masih sanggup untuk berdiri walaupun tertatih. Dia berteriak meluapkan amarah. Teriakannya terdengar jelas oleh sosok di atas bukit.

Sosok itu melihat ke ujung utara bendungan, disana tampak dua motor yang melaju ke arah selatan. Tampaknya itu adalah Explorer dan Spy yang menuju rest area.

"Check mate", kembali sosok itu menggumam, lalu berdiri. Dihisapnya rokok yang tersisa separuh itu, kemudian berjalan pelan ke arah selatan. Keluar dari rimbunan pohon, dia menyusuri jalan setapak yang tersamarkan. Dihisapnya kembali rokoknya yang hampir habis, kemudian dibuangnya ke tanah, lalu meneruskan langkahnya.

"Membuang rokok sembarangan bisa memicu kebakaran hutan", terdengar suara seseorang dibelakangnya.

Dia menghentikan langkah, lalu berbalik menghadap arah suara tadi. Tampak sesosok berpakaian serba hitam sedang menginjak rokok yang dibuangnya tadi sampai padam. Dia segera mengenali sosok tersebut dan segera mengambil sikap tegak dan menghormat. Sosok tersebut membalasnya dengan menghormat juga.

"Mayor Joker, lama tak bertemu", ujarnya.
"Pangkatku sekarang hanyalah Sersan, Kapten Barker", jawab Joker mengingatkan. "Kau yang memasang bom di truk mereka?", lanjutnya.
"Ya, tapi kau yang meledakkannya", jawab Barker dengan tersenyum kecil.
"Bagaimana mungkin?", Joker memiringkan sedikit kepalanya.
"Ketika kau menjinakkan bom dalam penstock, secara otomatis switcher rancanganku mengaktifkan bom di truk mereka", jelas Barker.
"Switcher?", Joker kembali bertanya.
"Ya. Timer di ruang generator yang kau pikir hanya sebuah tipuan", senyum Kapten Barker semakin lebar.
"Aku tak menyangka", suara Joker masih terdengar tenang.
"Sodatoy milikmu sekarang, hutangku lunas", kata Kapten Barker lagi. Dia mengambil sebungkus rokok dari sakunya, mengambil sebatang dana menyalakannya.
"Aku tak berminat menangkapnya di hadapan kamera", jawab Joker.
"Liputan media itu ulah Bishop, dia itu cerdik dan selalu tak terduga", kata Barker. "Dia tahu ada dua tikus dalam pasukan. Spy berhasil diringkusnya, tetapi tetap saja dia tak bisa melacakmu", lanjutnya.
"Tidak. Menurutku kaulah yang lebih cerdik. Bahkan Bishop sama sekali tidak mencurigaimu, tikus ketiga", jawab Joker dengan tenang.
"Hahaha...", Barker terkekeh mendengar pujian Joker. "Kau yang membuatku berada di posisi ini".

Barker merogoh sakunya, mengambil sebuah benda kecil dan melemparkannya ke arah Joker yang langsung menangkap benda itu dengan sebelah tangan. Sebuah flashdisk dengan sebuah bandul kristal berbentuk permata.

"Bidak putih menang, ambil hadiahmu", kata Barker sambil melangkah pergi.
"Lain kali buatlah teka-teki yang lebih sulit", jawab Joker. Barker hanya menjawab dengan mengangkat tangan kanannya, mengacungkan jempol.

Joker menimang flashdisk itu, memperhatikannya dengan seksama, kemudian menyimpannya dalam saku. Dia berbalik dan setengah berlari menuju arah puncak bukit untuk menepati sebuah janji. Janji menjawab satu pertanyaan Saboteur.

* * *

Saturday, June 28, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Epilog)



Gamma Rangers: Blackout
Epilog


"Dengan ini saya sampaikan. Selama saya memimpin Jawa Timur, saya tak akan memberikan toleransi sedikitpun terhadap segala bentuk aksi terorisme", pesan Gubernur Zuger saat mengakhiri konferensi pers terkait dengan insiden di bendungan Sutami. Sebuah konferensi pers yang penuh muatan politis, mengingat Gubernur Zuger sedang berusaha mempertahankan posisinya sebagai gubernur untuk periode kedua.

CB segera mematikan televisi di ruang pertemuan. Di konferensi pers tadi tak sekalipun Gubernur menyebut keterlibatan Delta Force dalam menanggulangi insiden tersebut. Tetapi seluruh personel Delta Force telah terbiasa dengan kondisi semacam itu. Karena Delta Force adalah satuan khusus yang lebih banyak bergerak di belakang layar.

Di ruang pertemuan itu sekarang sedang berkumpul seluruh anggota tim Alpha dan tim Gamma. Mereka merayakan keberhasilan dengan makan siang bersama.

"Jujur saja, aku tak paham dengan perkataannya tentang 'waktu dan tempat dimana warna biru dihilangkan' itu", celetuk Saboteur.

"Ah, benar. Aku juga penasaran dengan kode itu", kata Kolonel Blues. Letnan Angus dan Letnan Suko tampak mengangguk tanda mereka juga penasaran.

Tetapi sampai beberapa waktu lamanya, tak ada yang mampu menjelaskan maksud sandi tersebut. Semua orang di dalam ruangan terpaku melihat sandi yang oleh CB ditampilkan di layar.

"Ah, ternyata begitu", kata Ace sambil mengangguk-angguk. "Sandi itu hanyalah sebuah kode sederhana", lanjutnya.

"Ah, betul sekali. Sekarang aku tahu maksudnya", kata CB setelah beberapa saat. Satu persatu yang ada dalam ruangan itu memahami maksud sandi tersebut. Mereka tersenyum puas karena misteri sandi bom itu telah terungkap.

"Hei, beritahu aku... Apa artinya sandi itu?", tanya Saboteur masih kebingungan.

"Benar-benar waktu dan tempat dimana warna biru dihilangkan", ujar CB tersenyum lebar.

"Woyyy... Kasih tahu dong...", pinta Saboteur memelas.


* F * I * N *

Saturday, June 21, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Chapter 21)



Gamma Rangers: Blackout
Chapter 21


"Kau yang memasang bom di truk mereka?"

"Ya, tapi bukan aku yang meledakkannya"

"Bagaimana mungkin?"

"Ketika bom dalam penstock dijinakkan, secara otomatis switcher rancanganku mengaktifkan bom di truk mereka"

"Switcher?"

"Ya. Timer di ruang generator yang tampak sebagai tipuan"

"Aku tak menyangka"

"Sodatoy milikmu sekarang, hutangku lunas"

* * * * *

"CB, kau disana?", terdengar suara dari radio komunikasi di ruang kontrol pangkalan Delta Force.

"Ya, siapa ini", jawab CB dengan suara tanpa semangat.

"Catat ini, CB. Misi tim Alpha telah berhasil!", suara itu adalah Kolonel Blues yang melaporkan keberhasilan misinya.

"Kolonel Blues?", CB nyaris melonjak kegirangan mendengar suara atasannya. "Anda selamat?", lanjutnya.

"Seluruh personel tim Alpha selamat, seluruh bom telah dijinakkan. Kami sedang mempersiapkan proses evakuasi bom", papar Kolonel dengan suara bangga.

"Tapi Kolonel... Tim Gamma di Sutami tidak selamat", dengan berat CB mengabarkan berita buruk itu.

"Bicara apa kau? Kami bisa menjinakkan bom karena petunjuk dari Saboteur yang sudah lebih dulu menjinakkan bom disana", kembali Kolonel menyampaikan berita yang membuat CB kebingungan.

"Hah? Maksud Anda? Jadi mereka... Lalu ledakan itu...", CB tak bisa berkata-kata.

"Ada apa CB? Kau baik-baik saja?", Kolonel merasa ada yang kurang beres dengan CB. Tetapi Kolonel tak mendapatkan jawaban, karena CB telah menghambur kembali ke depan televisi, lalu menyalakannya.

"Hahahahaha...", CB tertawa lepas setelah melihat tayangan langsung di televisi. Dia merasa lega karena bendungan Sutami masih utuh.

"CB", kembali terdengar suara Kolonel.

"Siap, Kolonel", jawab CB dengan bersemangat.

"Ah... Syukurlah kau sudah pulih. Hubungi pusat untuk mengirimkan tim evakuasi ke Sutami, kita punya banyak tawanan disana", perintah Kolonel Blues.

"Siap, laksanakan!", jawab CB dengan tegas. Dengan gembira dia melaksanakan perintah Kolonel.

* * * * *

"Saatnya menepati janji, akan kujawab satu pertanyaanmu", tiba-tiba saja suara itu terdengar di belakang Saboteur.

"Ah... Kau... Mengagetkan aku", Saboteur langsung berbalik badan dan melihat sosok misterius itu berdiri dengan tegap.

"Pertanyaanmu?", kata sosok itu.

Saboteur terdiam, dia tak bisa memikirkan pertanyaan apa yang akan ditanyakannya. Bukan karena dia tak punya pertanyaan, tetapi karena dia memiliki banyak sekali pertanyaan. Banyak sekali hal yang ingin dia ketahui tentang sosok di depannya.

"Kenapa kau pilih kabel warna biru?", pertanyaan itulah yang akhirnya keluaar dari bibir Saboteur.

"Karena deretan angka itu menunjukkan waktu dan tempat dimana warna biru dihilangkan", jawab sosok tersebut. Kemudian dia berjalan mendekat. Sambil menepuk bahu Saboteur dia berkata, "Aku tahu kau punya banyak sekali pertanyaan, tetapi akan kuberikan kesempatan bertanya lebih banyak di pertemuan kita selanjutnya".

Sosok itu membalikkan badan, pergi meninggalkan Saboteur sendiri di atas bukit. Saboteur memandang sosok itu sampai hilang di tengah rimbunnya pepohonan. Entah mengapa, Saboteur merasa pernah mengalami hal ini sebelumnya. Melihat punggung yang berjalan menjauh. Meninggalkan kesan yang misterius, sekaligus membangkitkan kerinduan.

* * * * *

Saturday, June 14, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Chapter 20)



Gamma Rangers: Blackout
Chapter 20


"Habis sudah", CB jatuh terduduk di depan televisi. Dia tak percaya pada apa yang dilihatnya di layar televisi.

Sebuah bola api besar tampak memenuhi layar televisi. Gambar yang bergoyang tak beraturan menandakan kameramen dalam helikopter juga terhempas oleh efek ledakan. Sementara itu suara reporter terus menyuarakan bencana terbesar akhirnya terjadi. Diselingi dengan teriakan-teriakan panik dari seluruh kru di dalam helikopter. CB tak sanggup lagi melihat tayangan itu, dia segera mematikan televisi.

"Tampaknya seluruh personel Delta Force harus pensiun dini", ujar CB menunduk. Terlintas di pikirannya tagihan bulanan yang harus dibayar.

* * * * *

Teriakan dan jeritan histeris terdengar bersahutan di bendungan Karangkates. Kepanikan melanda tanpa bisa dibendung. Tubuh-tubuh bergelimpangan, terhempas oleh angin ledakan. Pemandangan yang benar-benar miris.

"Mayor!", teriak Jendral Sodatoy. "Apa yang terjadi?".

"Jendral... Aku tidak tahu", jawab Mayor Bishop terbata.

"Tikus yang satu lagi! Sudah kau temukan?", seru Jendral Sodatoy dengan penuh amarah.

"Tidak kutemukan, Jendral", kali ini Mayor Bishop tampak pucat. Luka-luka di sekujur tubuhnya membuat Mayor Bishop nyaris tak bisa bergerak.

"Aaaaaarrrgghhh...!!!", Jendral Sodatoy meluapkan amarahnya dengan mimik wajah murka.

Jendral Sodatoy berusaha berdiri, melupakan pedih di beberapa bagian tubuhnya yang terluka. Dilihatnya seluruh kendaraan pasukannya telah terbakar dengan hebat. Posisi kendaraan yang semula terparkir rapi, kini telah terlempar ke segala arah. Jendral Sodatoy melihat sebuah cekungan yang cukup besar di tempat kendaraan itu terparkir sebelumnya.

Masih dengan tertatih, Jendral berjalan mendekat ke arah bendungan. Dia berusaha menjauhi kepulan asap yang menghalangi pandangannya. Di balik asap itu dia melihat air bendungan yang tenang. Matanya terbeliak lebar saat melihat bendungan itu masih utuh. Sang Jendral terjatuh berlutut, dia berteriak sekuat tenaga. Sebuah teriakan murka dengan teknik falsetto.

* * * * *

"Nice job", kata sosok itu sambil menepuk bahu Saboteur.

"Aku nyaris tak mempercayainya", Saboteur masih tampak shock. Dia terduduk lemas, keringat masih membanjiri tubuhnya.

"Ayo keluar, ada satu hal lagi yang harus kita pastikan", sosok tersebut berjalan dengan cepat kembali menuju ruangan turbin.

"Hei... Tunggu aku...", Saboteur segera menyusulnya.

Mereka dengan cepat keluar dari pipa penstock, kemudian keluar melalui pintu yang sebelumnya dilewati Armstrong. Sosok itu dengan cekatan berlari menyusuri sepanjang dasar bendungan, melompat dari satu batu ke batu yang lain. Di belakangnya, Saboteur sedikit kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya saat melompat.

Sampai di spillway, tanpa berhenti sosok itu menjejak bibir spillway dan melompat kanal yang sedang dipenuhi air tersebut. Saboteur menghentikan langkahnya di bibir spillway. Dia merasa ragu untuk ikut melompat. Dilihatnya arus air spillway yang sangat deras. Jika lompatannya tak mencapai sisi lain kanal ini, dia akan langsung terbawa arus seperti malam sebelumnya. Tetapi dilihatnya sosok misterius itu terus berlari menjauh. Dia harus segera menyusulnya.

Saboteur membulatkan tekadnya. dia mundur beberapa meter, lalu berlari secepat mungkin dan melompati kanal itu. Dia berhasil menyeberang, tetapi pendaratannya tak sempurna hingga terjerembap di bebatuan. Tetapi dia segera bangkit dan menyusul sosok misterius yang sudah semakin jauh itu.

Sosok itu berlari menuruni lereng pondasi bendungan, lalu memanjat pagar kawat pembatas area bendungan. Setelah itu dia langsung berlari menyusuri pematang sawah yang terdapat di luar pagar. Ujung pematang berakhir di sebuah celah sempit, dengan sebuah air terjun kecil yang tersembunyi di antara dua bukit yang terjal. Sosok itu menyibakkan rumput yang tinggi, mendaki melalui sebuah jalan setapak yang tersamarkan. Saboteur segera menyusul, nafasnya terengah-engah karena harus berlari sambil memperhatikan langkahnya.

Saboteur terus menyusuri jalan setapak, menyusuri sisi barat bukit. Setelah beberapa menit berlari, dia mencapai puncak bukit. Dadanya terasa panas karena terus berlari. Dari puncak bukit dia bisa melihat hamparan air bendungan di bawahnya. Berarti dia telah berlari mengitari dua pertiga bagian bukit itu. Dia juga melihat asap hitam membubung dari sisi selatan bendungan. Melalui teropongnya, dia melihat beberapa kendaraan terbakar dan banyak tubuh-tubuh bergelimpangan di sekitarnya.

Sesaat dia kembali teringat akan sosok yang dikejarnya tadi. Dia mencari di sekelilingnya sampai radius yang cukup luas. Tetapi sosok itu telah lenyap.

* * * * *

"Tampaknya pasukan pemberontak telah memasang bom di kendaraannya sendiri", ujar Ace sambil mengamati ujung selatan bendungan melalui teropongnya. Ace dan tiga rekannya telah berada di ujung utara bendungan.

"Spy, ayo ambil motor. Kita segera memeriksa kesana", ajak Explorer sambil berlari menuju motor yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. Spy menguntit di belakangnya.

"Armstrong, kau tampak sangat berantakan", komentar Ace pada Armstrong yang duduk bersandar di dinding batu. Jika diperhatikan dengan seksama, rekannya itu memang tampak jauh dari kata baik-baik saja. Memar tampak memenuhi wajahnya, seragamnya pun koyak di beberapa bagian.

"Aku hanya terlalu bersemangat tadi", jawab Armstrong sambil mengatur nafasnya dengan susah payah.

"Kau bertemu lawan sepadan?", tanya Ace menebak.

"Kapten Ringo lawan yang kuat dan cerdik", kata Armstrong. "Tetapi aku jauh lebih kuat", cengir Armstrong sambil menepukkan telapak tangan ke otot bisepsnya.

"Hahaha... Kau memang tak tertandingi dalam hal adu kekuatan", Ace berkata sambil ikut menepuk lengan rekannya.

"Yow, kalian ikut menyeberang?", tanya Explorer. Dia sudah duduk di atas Dagger Navi+ dan Spy sudah siap di atas Demon SPD-nya.

"Aku mau beristirahat sebentar", jawab Armstrong.

"Kalau begitu aku tinggal disini bersama Armstrong", timpal Ace.

"Wokeee...", tanpa basa-basi lebih lama, Explorer segera melajukan motornya dengan akselerasi spontan.

"Aku berangkat dulu, teman-teman", Spy berpamitan dulu sebelum melaju menyusul Explorer. Ace dan Armstrong melambaikan tangannya.

"Menurutmu...", kata Armstrong dengan nada serius. "Siapa yang akan sampai di ujung bendungan lebih dulu?", lanjutnya. Masih serius.

"Spy", jawab Ace singkat.

"Aku bertaruh secangkir kopi untuk Explorer", kata Armstrong.

* * * * *