Saturday, February 22, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Chapter 04)



Gamma Rangers: Blackout
Chapter 4


Pasukan pemberontak telah sampai di wilayah pembangkit listrik Karangkates. Petugas keamanan di pos jaga dilumpuhkan dengan mudah, hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk meringkus semua petugas keamanan di kompleks pembangkit tersebut. Dalam waktu singkat, mereka telah menyandera seluruh kompleks beserta seluruh staf pembangkit. PLTA Sutami telah dikuasai.

Jendral Sodatoy tampak sumringah melihat kerja pasukannya yang cepat dan efisien. Dia berdiri menghadap panel utama yang mengontrol kinerja PLTA Sutami.

"Tutup pintu air yang menuju turbin", perintah Jendral Sodatoy kepada para operator panel.

"Tidak! Jika turbin dihentikan, sebagian kota Malang, Blitar dan Tulungagung akan kehilangan suplai listrik", protes kepala operator.

"Laksanakan, atau kau tak akan bisa protes untuk selamanya", kata sang Jendral dengan tenang sambil mengarahkan pistolnya ke pelipis kepala operator.

Operator itu mau tak mau harus menjalankan perintah Sodatoy. Lima belas menit kemudian, PLTA Sutami berhenti beroperasi. Kegelapan meliputi wilayah bendungan Karangkates, lalu meluas hingga kota Malang, Blitar dan Tulungagung. Generator di kompleks pembangkit secara otomatis menyala untuk menyuplai listrik gedung pengendali pembangkit.

Jendral Sodatoy menyeringai puas. PLTA Sutami telah berhasil dikuasai.

* * * * *

Saat akan memasuki jalur jalan kembar Ngreco, Explorer menghentikan timnya karena tiba-tiba keadaan menjadi gelap gulita.

"Sepertinya kita terlambat", kata Ace.

"Kita memang terlambat. Tak ada hubungannya dengan pemadaman", sahut Explorer. Tim Gamma memang sudah ngebut habis-habisan di perjalanan, tetapi tetap saja mereka membutuhkan hampir dua jam untuk sampai di lokasi mereka sekarang. Masih beberapa kilometer lagi menuju bendungan Karangkates.

"Ini perkiraanku. Kalian pikir kenapa Kolonel meminta kita menuju Karangkates dalam satu jam?", kata Ace serius. Tiga orang lainnya kompak menggelengkan kepala. "Pasti ada hubungannya dengan pemberontakan Jendral Sodatoy".

"Hmmm...", tiga orang lainnya memperhatikan dengan serius.

"Mungkin Jendral Sodatoy berada disana dan berencana menyabotase PLTA", urai Ace. "Tapi sepertinya kita sudah terlambat, pemadaman luas ini mungkin saja karena sabotase Jendral Sodatoy".

"Aku tadi juga berpikir begitu", sahut Saboteur.

"Berpikir apa?", tanya Armstrong.

"Sabotase. Boom... Kembang api raksasa", jawab Saboteur bersemangat.

"Jika mereka meledakkan bendungan, seharusnya dari sini kita bisa melihat cahaya ledakannya. Atau paling tidak merasakan getarannya", bantah Ace.

"Akan kucoba menghubungi CB", kata Explorer singkat, lalu menyalakan perangkat komunikasi di motornya.

* * * * *

Pangkalan Delta Force senja itu dilingkupi kegelapan. Di tengah kegelapan itu tampak kesibukan, atau lebih tepatnya kepanikan. Tak ada tenaga listrik, semua perangkat elektronik mati. Hal itu telah melumpuhkan aktivitas pangkalan.

"Sepertinya teorimu salah", kata Kolonel. "Padamnya listrik ini mungkin karena ulah Jendral Sodatoy", Kolonel mengatakan itu dengan cemas.

"Jadi, pesan misterius di saluran rahasia itu memberitahukan hal yang benar?", kali ini nada bicara CB sedikit pelan. Teorinya telah dimentahkan.

Tanpa diduga, ternyata Jendral Sodatoy bergerak menuju target di luar daftar. Padahal semua target di dalam daftar itu didapatkan oleh Spy, informasi dari dalam pasukan pemberontak. CB tak habis pikir, apakah Spy memberikan informasi yang salah? Lalu siapa yang mengirimkan pesan di saluran rahasia?

"Sudah lebih dari lima menit, kenapa generator masih belum menyala?", tampak Kolonel sangat gusar. "Aku akan cari tahu", lanjut Kolonel sambil berjalan menuju pintu.

"Kolonel, tunggu", sergah CB.

"Ada apa lagi?", Kolonel menghentikan langkahnya.

"Jangan tinggalkan aku, aku takut gelap", pinta CB dengan nada memelas.

* * * * *

"Markas tak bisa dihubungi", ujar Explorer setelah tak berhasil menghubungi pangkalan.
"Pasti sistem komunikasi mereka mati karena tak mendapat suplai listrik".

"Bukannya pangkalan memiliki generator? Apa generatornya juga tak bekerja?", tanya Ace.

"Aku tidak tahu, generator itu sudah bertahun-tahun tak dipakai. Mungkin rusak", tebak Explorer.

"Kalau begitu kita lanjutkan perjalanan kita ke Karangkates. Kita jumpai Spy disana untuk menentukan langkah selanjutnya", usul Ace.

"Baiklah. Siapkan perlengkapan kalian. Ada kemungkinan kita harus bertempur di Karangkates", perintah Explorer tegas.

"Siap", sahut Ace, Armstrong dan Saboteur bersamaan. Kemudian mereka sibuk mempersiapkan perlengkapan tempur mereka.

* * * * *

Di gedung pengendali PLTA Sutami, Spy tampak bingung. Dia tidak pernah menduga Jendral Sodatoy akan melakukan sabotase PLTA. Tetapi tampaknya bukan hanya ini rencana Jendral Sodatoy.

"Jendral, saya telah menerima berita dari Mayor Bishop. PLTA Sengguruh berhasil dikuasai", lapor seorang bawahan yang bertugas di bagian komunikasi.

"Bagus, tinggal menunggu laporan dari tim barat", jawab Jendral tersenyum puas. "Sementara itu aku akan memberi salam pada teman baik kita", lanjutnya sambil melangkah tegap menuju pintu.

Spy yang berjaga di pintu melangkah minggir untuk memberi jalan bagi Jendral Sodatoy. Tetapi tanpa diduga, sang Jendral berhenti di depannya.

"Salam prajurit Espeye, atau perlu kupanggil Sersan Dua Spy?", kata Jendral dengan senyum sinisnya. Spy sangat terkejut penyamarannya terbongkar. Dengan cepat dia melompat mundur sambil meraih pistol yang tergantung di pinggangnya, kemudian menodongkan ke arah kepala sang Jendral. Benar-benar sebuah reaksi yang cepat dari Spy.

* * * * *

Saturday, February 15, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Chapter 03)



Gamma Rangers: Blackout
Chapter 3


Beberapa kilometer di sebelah selatan bendungan Karangkates, tampak Jendral Sodatoy menaiki kap mobil jeepnya. Dia berdiri tegap menghadap ke arah pasukannya yang telah berbaris rapi. Jendral Sodatoy melihat pasukannya, wajah-wajah yang penuh semangat. Semuanya memandang pada titik yang sama, dirinya. Mereka menunggu sang pimpinan berbicara.

Di saat seperti ini seorang pimpinan biasanya akan memberikan sebuah briefing singkat atau sebuah pidato penyemangat yang bisa meningkatkan moral pasukan.

"Pasukanku!", Jendral Sodatoy memulai orasinya dengan sebuah sapaan.

"HEEEYYY", pasukan menjawab dengan penuh semangat. Di antara mereka, Spy merasa bergidik merasakan semangat pasukan yang luar biasa. Kemudian dilihatnya Jendral Sodatoy mengacungkan tangan kanannya ke atas.

"Masak aer...", seru sang Jendral.

"BIAR MATENG...", pasukan kompak berseru. Spy pun terjatuh dengan suara 'gubrakk'.

"Beli elpiji tiga kilogram, ayo kita berangkat!", lanjut sang Jendral yang langsung disambut seruan bersemangat dari seluruh pasukan, kecuali satu orang yang terjatuh untuk kedua kalinya.

Beberapa saat kemudian, iring-iringan kendaraan yang terdiri dari tiga truk dan dua jeep berangkat menuju utara.

* * * * *

"Kolonel, menurut Anda apa yang akan dilakukan Jenderal Sodatoy di Karangkates?", tanya CB dengan tetap memperhatikan deretan monitor di depannya.

"Kalau mereka merencanakan pemberontakan, kenapa harus di Karangkates?", gumam Kolonel Blues. Otaknya sedang memikirkan beberapa kemungkinan. "Tunjukkan daftar target yang mungkin akan diserang Jendral Sodatoy".

Dengan cepat CB mengetikkan beberapa perintah, kemudian menampilkan hasilnya di monitor. Kolonel Sodatoy memperhatikan daftar itu dengan seksama. Setelah itu dia hanya menggelengkan kepala.

"Aku tak mengerti", gumam Kolonel.

"Saya bisa menjelaskan setiap target di dalam daftar tersebut jika Anda mau", celetuk CB menawarkan bantuan.

"Bukan itu maksudku!", jawab Kolonel gusar. "Tetapi bendungan Karangkates tak termasuk dalam daftar. Semua target dalam daftar itu ada di wilayah Kediri dan sekitarnya".

"Mungkin... Ada yang salah dengan data kita?". Tetapi sebenarnya CB sangat yakin dengan datanya. Itu adalah data yang didapat Spy selama penyusupan. Itu masih ditambah lagi dengan data-data yang dia kumpulkan dari file militer.

"Ada yang janggal disini", Kolonel Blues tampak kebingungan. Kemudian mereka terdiam, sibuk dengan analisa masing-masing.

* * * * *

"Kemana kita akan pergi? Pindah camp lagi?", tanya Spy sedikit berbisik.

"Mana kutahu? Perintah atasan, jadi ikut saja", jawab Leo tenang.

Sekarang Spy merasa putus asa, rencana Jendral Sodatoy telah dimulai. Sedangkan dia tetap tidak tahu dimana dan bagaimana pemberontakan akan dilakukan. Parahnya lagi, dia tidak bisa menghubungi markas.

* * * * *

Di lain tempat, empat personel tim Gamma sedang beradu kecepatan. Mereka menuju bendungan Karangkates melalui jalur selatan. Explorer berada di posisi terdepan, agak jauh di belakangnya ada Armstrong yang berusaha mengikuti. Saboteur berada tepat di belakang Armstrong, menguntit dengan ketat.

Jalanan yang lengang memudahkan mereka memacu motor dengan kecepatan tinggi.

Explorer tak mengurangi kecepatan saat mendahului sebuah truk yang mengangkut sapi. Di belakangnya, Armstrong juga bermaksud mendahului truk tersebut. Tetapi tiba-tiba truk mengambil jalur kanan untuk mendahului sebuah motor di depannya. Armstrong yang posisinya sudah sejajar dengan truk secara reflek mengayunkan tangan kirinya, menghantam kabin truk dengan keras. Seketika truk kembali ke jalur kiri karena hantaman tadi.

Di belakang Armstrong, Saboteur menempelkan sesuatu di kabin truk saat mendahului. Lima detik kemudian, sebuah kilatan muncul dan mesin truk mati dengan tiba-tiba. Rupanya Saboteur telah menempelkan bom EMP yang menghanguskan sistem elektronik truk dan membuat mesin berhenti seketika.

Tim Gamma pun melanjutkan perjalanannya, meninggalkan sopir truk yang berusaha keras memahami apa yang baru saja dialaminya.

* * * * *

"Aku benar-benar tak mengerti!", Kolonel Blues semakin gusar. Dia masih tak bisa menebak rencana Jendral Sodatoy di bendungan Karangkates.

Monitor kembali berkedip, satu pesan masuk melalui saluran rahasia:
Sengguruh = 2 x 14,5 MW
Sutami = 3 x 35 MW
Wlingi = 2 x 27 MW
Lodoyo = 1 x 4,5 MW
Tulungagung = 2 x 18 MW

"Apa maksudnya?", tanya CB.

"Ini... Apa ini?", gumam Kolonel, datar.

"Ini data pembangkit listrik tenaga air beserta daya yang dihasilkan", jawab CB setelah memasukkan data itu di mesin pencari internet. "Saya memikirkan dua kemungkinan", lanjut CB.

"Katakan padaku", tampak Kolonel lebih gusar daripada sebelumnya.

"Pertama, Jendral Sodatoy berencana membajak pembangkit listrik dan meminta tebusan besar", CB mengemukakan analisanya dengan lugas.

"Masuk akal. Seperti yang kita tahu, Jendral Sodatoy tak memiliki penghasilan tetap untuk membiayai pasukannya", kata sang Kolonel sambil mengangguk-angguk kecil. "Lalu apa kemungkinan kedua?".

"Kemungkinan kedua, ini semua cuma jebakan", kata CB tegas.

"Apa maksudmu dengan jebakan?", tanya Kolonel dengan gusar.

"Maksud saya, Karangkates hanyalah umpan. Jendral Sodatoy bermaksud melakukan pemberontakan di Kediri. Itu adalah target paling potensial yang ada di daftar", CB menjelaskan analisanya dengan yakin. "Seperti yang kita ketahui dari informasi yang didapatkan Spy, rencana pemberontakan secara jelas menyebutkan Panjalu. Berarti pemberontakan akan dilakukan di pusat pemerintahan Panjalu, yaitu Daha atau Kediri".

"Tetapi pesan tadi jelas-jelas menunjukkan koordinat Karangkates", balas Kolonel.

"Kolonel, itulah jebakannya! Pesan itu palsu", kata CB semakin yakin.

"Hanya petinggi militer dan beberapa staf khusus yang bisa menggunakan saluran itu. Kamu meragukannya?", bantah Kolonel.

"Bisa saja pasukan pemberontak meretas saluran kita, atau ada orang kita yang bersekongkol dengan Jendral Sodatoy", kata CB dengan mantap. Kolonel tertegun memikirkan kemungkinan itu.

Monitor berkedip sekali lagi, sebuah pesan masuk di saluran rahasia:
'Ini ciyuz lho...'

* * * * *

Saturday, February 8, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Chapter 02)



Gamma Rangers: Blackout
Chapter 2


Di camp pasukan pemberontak, tampak Spy sedang berusaha mencari tempat yang sepi. Dia telah memasang baterai cadangan dan bermaksud mengirim info pemberontakan pada CB. Spy menyelinap di balik semak, dekat dengan sebuah parit kecil, kemudian dia mulai mengirimkan lokasinya kepada CB. Tanpa diduganya, sebuah nada peringatan terdengar, bersamaan dengan itu ponselnya mati.

"Sial, ternyata baterai ini belum aku isi ulang", umpat Spy kesal.

"Hei hei... Sedang apa kau disitu Es?", tiba-tiba terdengar suara dari balik semak tepat di tepi parit, suara dengan logat Syahrini.

"Ah, cuma mau buang air", jawab Spy sekenanya.

"Eits, antri ya. Aku masih belum selesai", potong Leo disusul bunyi kentut yang membahana. Segera bau tidak sedap merebak.

"Ah, sepertinya aku kehilangan hasrat buang air", segera Spy pergi dari tempat itu, dengan rasa mual di perutnya.

* * * * *

Di pangkalan, tampak Kolonel Blues masuk ke ruang monitor dimana CB bertugas.

"Bagaimana perkembangannya?", tanya Kolonel sambil berdiri di belakang kursi CB, memandangi sederetan monitor di depannya.

"Baru saja saya menerima transmisi koordinat dari Spy. Sepertinya camp pasukan pemberontak selalu berpindah, ini lokasi keempat mereka sejak Spy menyusup", jelas CB sambil mencari koordinat lokasi Spy.

"Tunjukkan padaku", perintah Kolonel Blues.

CB segera menampilkan peta di monitor utama. Ada tiga titik dengan nomor urut satu sampai tiga. Titik yang pertama berada di lereng gunung Arjuno, titik kedua di lereng gunung Kelud, sedangkan titik ketiga berada di pantai Pangi. Kemudian CB menambahkan titik keempat, lokasi yang baru saja dikirimkan oleh Spy.

"Lalu dimana posisi tim Gamma sekarang?", tanya Kolonel Blues.

"Saya mengirim mereka ke titik ketiga, pantai Pangi", jawab CB singkat.

Tiba-tiba monitor di sebelah kanan berkedip, CB segera memeriksanya. Ada sebuah pesan yang masuk:

'Sodatoy in action at 6 PM' yang disertai sebuah koordinat.

CB segera memasukkan koordinat itu di komputer dan menandainya dengan angka lima. Koordinat itu menunjukkan sebuah lokasi, beberapa kilometer di sebelah utara dari lokasi yang dikirimkan Spy. Kolonel Blues segera melirik arlojinya, 16:52.

"Siapa yang mengirim pesan ini? Dia mengirimkan pesan ke saluran rahasia", kata CB keheranan.

"CB, kontak tim Gamma dan perintahkan mereka menuju lokasi ini", perintah Kolonel Blues sambil menunjuk titik bernomor lima di layar.

"Saya sudah mencoba mengontak mereka sejak dua jam yang lalu. Tidak ada respon", jawab CB, tegang.

* * * * *

Di pantai Pangi yang eksotis, tampak tiga motor masih terparkir. Sebuah lampu indikator berwarna merah di panel motor berkedip beberapa kali, lalu padam. Lima menit berselang lampu itu berkedip kembali. Hal ini terus berulang setiap lima menit.

Tak jauh dari situ tampak Explorer, Ace dan Armstrong bermain ombak sambil berfoto. Tak jauh dari garis pantai, Saboteur sedang merebus kopi di peralatan portabel yang selalu mereka bawa. Setelah kopi siap untuk disajikan, dia memanggil ketiga rekannya untuk bergabung.

"Mantap sekali kopinya", kata Explorer setelah menyeruput kopi hitam bagiannya.

"Joker yang mengajariku, dia bilang kopi yang direbus akan lebih nikmat dibandingkan yang diseduh", jawab Saboteur.

"Orang itu... Dimana ya dia sekarang?", sahut Armstrong.

"Kudengar dia sedang menjalankan sebuah misi rahasia", jawab Ace.

"Aku bahkan tak tahu apakah dia masih termasuk anggota Gamma Rangers atau bukan. Sudah hampir setahun dia tak pernah muncul", timpal Explorer.

"Apa mungkin dia pensiun?", kata Ace berspekulasi.

"Bisa jadi. Kudengar usianya lebih tua dari Kolonel Blues", jawab Explorer.

"Apa???", jawab tiga orang lainnya serentak, nada suara mereka menyiratkan ketidak percayaan.

"Tunggu, nggak kebalik? Seingatku tampang Kolonel Blues terlihat jauh lebih tua", kata Armstrong.

"Pasti Joker orang yang awet muda, sedangkan Kolonel boros", timpal Saboteur enteng. Yang lain menanggapinya dengan cengiran.

DIIIN!!! DIIIN!!! DIIIN!!!

Suara klakson keras dan bersahutan mengejutkan mereka. Suara itu berasal dari ketiga motor mereka yang terparkir. Rupanya Kolonel Blues telah mengaktifkan kendali sistem elektronik motor dari markas, yang memungkinkannya untuk membunyikan klakson.

Langsung saja mereka berlari menuju kesana. Explorer sampai pertama kali, dilihatnya lampu indikator merah di motornya berkedip-kedip. Segera ditekannya sebuah tombol, sebuah panel terbuka dan tampaklah sebuah layar LCD mini menampilkan notifikasi 'Incoming Call'. Explorer segera menyentuh tombol 'Answer' di layar.

"Explorer disini", katanya membuka pembicaraan.

"Dimana kalian?", terdengar suara Kolonel Blues dengan nada kesal. Serbuan kemarahan Kolonel Blues berlangsung hingga beberapa menit kemudian.

"Mungkin itu sebabnya Kolonel tampak lebih tua daripada seharusnya", bisik Armstrong yang langsung dijawab anggukan kepala Saboteur.

"Kalian harus segera menuju ke sebuah lokasi sekarang juga. Koordinat telah dikirimkan. Aku mau kalian tiba disana dalam waktu satu jam! Over and out!", perintah Kolonel Blues sekaligus mengakhiri pembicaraan.

Ace segera menginput koordinat yang baru saja mereka terima, koordinat itu menampilkan lokasi yang sangat familiar.

"Hei, itu kan bendungan Karaskateng", seru Armstrong.

"Karangkates, dudul!", ralat Saboteur sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Armstrong.

"Bisakah kita sampai disana dalam waktu satu jam?", tanya Ace. Tampaknya dia tidak yakin bisa mencapai lokasi tepat waktu.

"Bisa! Kalau kita berangkat sekarang dan ngebut habis-habisan pasti bisa", jawab Explorer dengan yakin, sambil mengenakan jaketnya. Yang lain segera mempersiapkan diri. Tak sampai lima menit kemudian tiga buah motor sudah meninggalkan pantai Pangi dengan kecepatan tinggi.

* * * * *

Saturday, February 1, 2014

Gamma Rangers: Blackout (Chapter 01)



Gamma Rangers: Blackout
Chapter 1


Pukul delapan pagi itu Explorer dengan tenang keluar dari gedung utama di pangkalan militer rahasia Delta Force. Dia baru saja menerima perintah untuk melakukan sebuah misi rahasia. Dia segera menuju ke sebuah bangunan kecil di sebelah timur gedung utama. Bangunan ini adalah basecamp tim Gamma. Selain untuk beristirahat, bangunan ini sering dipakai oleh anggota tim Gamma untuk melakukan latihan ringan. Di bagian depan terdapat sebuah ruangan dengan seperangkat furnitur berbahan kayu. Anggota tim Gamma sering menghabiskan waktu bersama di ruangan ini untuk bercengkerama dan minum kopi, minuman favorit mereka.

"Misi kita kali ini adalah menggagalkan rencana pemberontakan Jendral Sodatoy, pemimpin kelompok separatis di Indonesia", terang Explorer saat briefing dengan anggota tim Gamma. Armstrong, Saboteur dan Ace mendengarkan setiap penjelasan yang disampaikan pemimpin tim mereka.

Sebenarnya misi ini sudah dimulai sejak seminggu sebelumnya, dijalankan oleh dua anggota tim Gamma. CB dan Spy telah memperoleh tugas mengumpulkan informasi awal yang sangat dibutuhkan oleh tim dalam mengatur strategi. CB bertugas mengumpulkan informasi dari luar, sedangkan Spy bertugas menyusup ke dalam pasukan pemberontak untuk mencari informasi dari dalam. Dari hasil penyusupan sementara didapatkan informasi bahwa Jendral Sodatoy berencana melakukan kudeta di wilayah Panjalu.

"Panjalu? Dimana itu?", tanya Armstrong.

"Aku juga tak pernah mendengar nama daerah itu. Mungkin ini adalah sebuah kode", timpal Ace.

"Mau Panjalu atau apapun itu namanya, pasti akan kuledakkan seperti kembang api raksasa", kata-kata penuh semangat itu diucapkan oleh Saboteur.

"Panjalu pernah benar-benar ada. Itu adalah nama kerajaan di Jawa. Pusat pemerintahannya di Daha (baca: dhoho), atau Kediri di masa sekarang", kembali Explorer menjelaskan.

"Wow... Ternyata kamu punya pengetahuan sejarah yang bagus", puji Ace.

"Anu... Aku juga baru tahu tadi pagi, CB yang memberitahuku", kata Explorer lagi.

"..........", ketiga orang lainnya kompak diam.

"Oke, persiapkan perlengkapan kalian. Kita berangkat dalam satu jam", perintah Explorer yang langsung dipatuhi oleh yang lainnya.

* * * * *

Hampir tengah hari, tampak tiga motor berhenti di tepi pantai Pangi. Kecuali Ace yang dibonceng oleh Explorer, dua personil lain mengendarai motor sendiri.

"Inikah tempat persiapan pemberontakan Jendral Sodatoy?", Armstrong menatap kagum keindahan pantai Pangi. "Sepertinya tempat ini terlalu terpencil untuk pemberontakan", lanjutnya.

"Kupikir juga begitu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan pasukan pemberontak disini. Ace, kau yakin koordinat yang dikirim CB adalah tempat ini?", tanya Explorer.

"Aku yakin telah memasukkan koordinat dengan benar. Atau... Nggg... Kita tersesat", jawab Ace polos.

".........."

* * * * *

Di tempat lain, tampak Spy sedang berada di tengah pasukan pemberontak. Pasukan sedang berada di tengah hutan, baru saja mereka selessai membongkar muatan dan mendirikan beberapa tenda. Pasukan baru saja sampai di lokasi ini dua jam yang lalu, lokasi keempat sejak Spy menyusup. Dia telah mengumpulkan banyak informasi dari pasukan pemberontak, tetapi tetap saja belum dapat diketahui secara pasti dimana dan bagaimana pemberontakan akan dilakukan.

Selepas tengah hari, tampak sebuah jeep memasuki camp. Dua orang turun, Jendral Sodatoy dan Mayor Bishop yang langsung disambut oleh Kapten Barker, komandan pasukan. Mereka bertiga masuk dalam sebuah tenda, diikuti beberapa komandan regu. Briefing taktik pemberontakan dimulai.

Spy meraih ponselnya, bermaksud melaporkan perkembangan terbaru kepada CB.

"Hei, sedang apa kau?", tanya seorang prajurit saat melihat Spy mengeluarkan ponsel. Dia mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Ah, cuma ingin menghubungi adikku di rumah", jawab Spy sekenanya.

"Aah, tadi pagi aku juga menghubungi adikku. Dia sedang diet", kata prajurit itu. Spy sepintas membaca nametag yang dipakai prajurit itu, 'Swastiko Kusumo Nugroho'.

"Namamu panjang sekali. Bagaimana aku memanggilmu?", tanya Spy.

"Panggil saja Leo, aku penggemar Syahrini", jawabnya. Spy mengangkat sebelah alisnya, keheranan. Kemudian dia melihat nametag Spy, 'Espeye'. "Wah, namamu sedikit sulit diucapkan".

"Panggil saja Es, ayahku pengemar berat Popeye", jawab Spy.

Mereka berdua terlibat obrolan yang panjang. Di antara obrolan itu Spy terus berusaha mengirimkan informasi pada CB, tetapi karena ada Leo di sampingnya, dia harus berhati-hati. Sialnya, saat akan mengirimkan lokasi, baterai ponselnya habis, akhirnya dia cuma termenung sambil mendengarkan ocehan Leo yang berlogat Syahrini.

Benar-benar sesuatu.

* * * * *

Di markas, CB menerima pesan yang dikirimkan Spy:
'Telur 2 butir, sedikit garam, tambahkan irisan bawang merah dan daun seledri. Kocok sampai berbuih. Goreng dengan sedikit margarin sampai berwarna keemasan'.

Kolonel Blues, pimpinan Delta Force, sedang gelisah di ruangannya. Dia terpaku memandang monitor didepannya yang menampilkan pesan dari Spy, tubuhnya yang kekar itu tampak tenggelam di kursi besarnya.

"Kolonel", Letnan Angus, anggota Delta Force yang menangani kode rahasia menghadap dan memberi hormat. Sebelumnya dia juga menerima pesan yang sama dari CB.

"Bagaimana Letnan? Kau bisa memecahkannya?", tanpa menunggu waktu lama Kolonel langsung pada inti masalah.

"Saya sudah memecahkan kode itu", jawab Sersan Angus yang berbadan kurus itu. "Omelet", lanjutnya dengan mantap.

".........."

* * * * *